Minggu, 07 Oktober 2012

Pendidikan


Pendidikan
A.      Pengertian pendidikan
             Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
B.      Macam-Macam Pendidikan
          *          Pendidikan Formal
                         Pendidikan formal adalah pendidikan yang diselenggarakan di sekolah dan bersifat resmi.
                                   *       Ciri-ciri dari pendidikan formal
                                            -        Memiliki jenjang tertentu. Misal;TK,SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi.
                                            -        Ijazah yang diperoleh memiliki nilai. Misal untuk melanjutkan sekolah.
                                            -        Mempunyai kurikulum.
                                            -        Sistemnya terstruktur.
             *          Pendidikan Non Formal
                         Pendidikan Non Formal adalah pendidikan yang berlangsung dimasyarakat.
                                   *       Ciri-ciri dari pendidikan Non formal
                                            -        Bersifat resmi
                                            -        Tidak memiliki jenjang tertentu.
                                            -        Dapat diikuti oleh segala usia
                                            -        Mendapatkan sertifikat, misal yang mengikuti kursus computer.
                                            -        Mendapat ijazah, misal yang mengikuti kejar paket.
             *          Pendidikan Informal
                         Pendidikan Informal adalah pendidikan yang diberikan oleh orangtua dan masyarakat, yang mengutamakan nilai etika, moral dan norma.
                                   *       Ciri-ciri pendidikan Informal
                                            -        Bersifat tidak resmi.
                                            -        Biasanya berupa nasihat lisan dan perbuatan.
                                            -        Tidak terpaku pada jenjang tertentu.
                                            -        Tidak terpaku pada jenis pendidikan tertentu
C.         Masalah Mendasar Pendidikan di Indonesia
             Bagi Setiap orang yang mempelajari dari awal dunia pendidikan di Indonesia, mereka akan berkata bahwa pendidikan di Indonesia mengalami “Sakit”. Mengapa pendidikan di Indonesia mengalami sakit ?. Jawabannya : karena pendidikan di Indonesia saat ini mengalami banyak masalah yang sebenarnya bisa di tangulangi bersama. Masalah-masalah itulah yang menyebabkan pendidikan di Indonesia tidak pernah berkembang dengan baik.
Masalah pendidikan  di Indonesia yaitu :
             1.         Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
                         Untuk sarana fisik misalnya:
                         -        Banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak
                         -        Kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah
                         -        Buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar
                         -        Pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya.
Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.
             2.         Rendahnya Kualitas Guru
                         Keadaan guru di Indonesia juga amat memperihatinkan. Kebanyakan guru belum memenuhi persyaratan yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat.
                         Kendati secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup memadai, namun secara kualitas mutu guru di negara ini, pada umumnya masih rendah. Secara umum, para guru di Indonesia kurang bisa memerankan fungsinya dengan optimal, karena pemerintah masih kurang memperhatikan mereka, khususnya dalam upaya meningkatkan profesionalismenya. Jumlah guru di Indonesia relatif tidak terlalu buruk. Apabila dilihat ratio guru dengan siswa, angka-angkanya cukup bagus yakni di SD 1:22, SLTP 1:16, dan SMU/SMK 1:12.
                         Meskipun demikian, dalam hal distribusi guru ternyata banyak mengandung kelemahan yakni pada satu sisi ada daerah atau sekolah yang kelebihan jumlah guru, dan di sisi lain ada daerah atau sekolah yang kekurangan guru. Dalam banyak kasus, ada SD yang jumlah gurunya hanya tiga hingga empat orang, sehingga mereka harus mengajar kelas secara Bergantian. Bila diukur dari persyaratan akademis, baik menyangkut pendidikan minimal maupun kesesuaian bidang studi dengan pelajaran yang harus diberikan kepada anak didik, ternyata banyak guru yang tidak memenuhi kualitas mengajar (under quality).
                         Hal itu dapat dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang belum sarjana, namun mengajar di SMU/SMK, serta banyak guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka miliki. Keadaan seperti ini menimpa lebih dari separoh guru di Indonesia, baik di SD, SLTP dan SMU/SMK. Artinya lebih dari 50 persen guru SD, SLTP dan SMU/SMK di Indonesia sebenarnya tidak memenuhi kelayakan mengajar. Dengan kondisi dan situasi seperti itu, diharapkan pendidikan yang berlangsung di sekolah harus secara seimbang dapat mencerdaskan kehidupan anak dan harus menanamkan budi pekerti kepada anak didik. “Sangat kurang tepat bila sekolah hanya mengembangkan kecerdasan anak didik, namun mengabaikan penanaman budi pekerti kepada para siswanya.
                         Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.
             3.         Rendahnya Kesejateraan Guru
                          Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Dengan pendapatan yang rendah, terang saja banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan.
                         Dengan adanya UU Guru dan Dosen, barangkali kesejahteraan guru dan dosen (PNS) agak lumayan. Pasal 10 UU itu sudah memberikan jaminan kelayakan hidup. Di dalam pasal itu disebutkan guru dan dosen akan mendapat penghasilan yang pantas dan memadai, antara lain meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, dan tunjangan khusus serta penghasilan lain yang berkaitan dengan tugasnya. Mereka yang diangkat pemkot ataupemkab bagi daerah khusus juga berhak atas rumah dinas.
             4.         Rendahnya Prestasi Siswa
                         Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk IPA, ke-34 untuk Matematika. Dalam dunia pendidikan tinggi menurut majalah Asia Week dari 77 universitas yang disurvai di asia pasifik ternyata 4 universitas terbaik di Indonesia hanya mampu menempati peringkat ke-61, ke-68, ke-73 dan ke-75.
             5.         Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
                         Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.
             6.         Mahalnya Biaya Pendidikan
                         Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah.
                         Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). MBS di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekolah/Dewan Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha.
                         Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah Komite Sekolah terbentuk, segala pungutan uang selalu berkedok, “sesuai keputusan Komite Sekolah.  Karena yang dipilih menjadi pengurus dan anggota Komite Sekolah adalah orang-orang dekat dengan Kepala Sekolah. Akibatnya, Komite Sekolah hanya mengikuti kebijakan Kepala Sekolah, dan MBS pun hanya hanya sekedar nama yang di buat oleh pemerintah untuk pelepasan tanggung jawab negara terhadap permasalahan pendidikan rakyatnya.
D.        Solusi Yang Bisa kita Terapkan Bersama
             Solusi untuk mengatasi masalah pendidikan di Indonesia ini adalah dengan mengubah semua sistem-sistem yang sudah terbentuk, Karena menurut saya sistem yang sudah di bentuk malah hanya memberi keluasan bagi oknum yang lain untuk mempraktekkan kecurangan-kecurang.
             Solusi lainnya yang bisa kita ambil adalah, dengan memperbaiki masalah teknis yang ada. Contohnya kita mencoba untuk mensejaterahkan tenaga pengajar, mengurangi mahalnya biaya pendidikan. Terus memperbanyak program pendidikan Gratis untuk 12 Tahun.
             Solusi lainnya adalah mari kita semua patut untuk terjun langsung, mengawasi semua bidang pendidikan ini. Tugas ini bukan hanya di berikan kepada Pemerintah saja, tapi ini menjadi Tugas kita bersama. Jangan biarkan generasi penerus bangsa Indonesia mengalami kebodohan terus menerus.

Sekian artikel ini saya buat
Semoga bisa bermanfaat bagi kita semua

0 komentar :