Pagi yang indah ini udara hilir mudik menyentuh tubuh.
Matahari mulai mempersiapkan panasnya tuk menyinari hari ini. Pagi ini mata
mulai mencari hal indah duniawi, jalan-jalan pagi menjadi pilihan utama tuk
pagi ini. Tanpa sadar ku mengikuti keinginan hati, berjalan dan terus berjalan
menikmati pagi, menikmati suasana yang telah diciptakan oleh Ilahi Robbi.
Alangkah terkejutnya aku ketika menyadari langkah kakiku
mengarah kesebuah rumah yang tak asing bagiku. Rumah itu adalah rumah dari
sahabat kecilku, sahabat yang menjadi Cin-Mat (Cinta Mati). Secepatnya ku ubah
langkah kaki ku menuju tempat lain…. Tiba-tiba Sreeeekkkkk “Terdengar suara
pintu gerbang digeser”. Aku mencoba berbalik arah tapi nggak kuat jika itu
memang dia.
Akhirnya aku berjalan terus kedepan dengan langkah yang sangat-sangat pelan,
berharap dia bisa mengejar dan ku bisa mengetahui siapakah gerangan yang keluar
dari rumahnya… dia kah.?? Atau siapa.??
Dan alangkah terkejutnya… “Rizal…” Panggilnya… Aku bisa
menebak dan pasti tebakan ku nggak akan meleset, soalnya aku mengetahui betul
suara sang pemilik hatiku sejak kecil.
Aku berbalik badan secara perlahan-lahan, dan
Jengjreeengggg… Benar tebakan ku....
“Febby” Sapa balik ku… Jantung berdegup
kencang, dalam dada ada rasa benjolan yang menyumbat tenggorokan.
“Kapan Balik, zal.???” Tanya Febby dengan suara serak entah
karena factor pagi hari mungkin.
“Udah seminggu lebih, feb.” Jawabku sambil
mencoba menyadarkanku dari semua mimpi yang kemungkinan bisa terjadi.
“Emang udah libur.?” Tanya Febby lagi…
“Belum sih, tapi
hanya pengen membersihkan pikiran saja dari semua aktifitas di Kampus”. Jawabku
dengan suasana yang mulai mencair dari kebekuan sekian menit.
“Terus kamu lulus.?” Giliran aku yang bertanya.
“Alhamdulillah, lulus”. Jawab Febby singkat. “Sekarang lagi disibukkan dengan
apa.?” Tanya ku mencoba masuk lebih jauh lagi. “Aku lagi sibuk dengan daftar
kuliah”. Jawab Febby.
Aku menatapnya dan betapa aku ketika matanya menatapku
balik, sinar matanya yang masih sama seperti dahulu. Tak ada yang berubah dari
wanita ini, 2 tahun sudah ku tak bertemu dengannya tapi tatapannya masih sama
seperti 2 tahun lalu. Pipi apel, julukan buat dia yang aku berikan, karena
pipinya kayak apel “Tembem”… bikin gemes orang ketika melihatnya.
“Kamu mau kemana, pipi apel.???” Aku bertanya dengan sedikit
tertawa karena aku bisa menebak reaksinya ketika aku panggil pipi apel. “Aku
mau ke Pasar, sambil menghirup udah pagi…udah akh jangan panggil pipi apel
lagi”. Jawabnya ketus... “Lah, kenapa emang..?? wajahmu mirip apel tembem dan
bikin aku gemes untuk mencubitnya”. Candaku….
Tiba-tiba aku terkejut ketika melihat banyak angkot yang
hilir mudik… ternyata aku sudah di jalan raya. Febby langsung berpamitan dan
langsung naik angkot.
Alangkah senangnya hari ini, aku bisa melihatnya lagi. Sinar matanya tajam menusuk hati, membuat
rasa yang duhulu hadir lagi dalam hati. Membuat kenangan masa kecil terukir
dalam mimpi pikiran dan hati. Membuatku bisa bermimpi lagi. Pagi ini menjadi
saksi hatiku yang mulai bersinar lagi, mulai bisa menatap dunia dengan cinta
lagi.
Aku mencoba mengulang lagi kata-kata yang terucap dari
mulutnya “kamu udah pulang yah. Emang
libur.?” Dalam pemikiranku berarti dia update
terus tentang kehidupanku, tentang pendidikanku, dan tentang tempatku
sekarang.
Biarkanlah rasa cinta ini memotivasiku… aku tak mau lagi down hanya karena cinta. Biarkan cinta
ini hidup, dan biarkanlah hati selaku tempat bersemayamnya cinta, memproses
cinta itu menjadi tenaga tuk bisa menjadi lebih baik lagi demi cinta.
-Pagi yang Indah-