Selamat Malam.!!
Malam ini saya mau menulis tentang kenangan 5 Tahun silam,
dimana saya baru duduk dibangku Sekolah Menengah Atas (SMA).
Bicara soal sekolah apalagi SMA sama artinya kita bicara “Cinta, Puber, Berantem, Tauran, Contekan”. Dan
jika diceritakan saat ini dimana saya sudah lulus dari SMA maka sama artinya
dengan “Kenangan”.
Gerbang menuju SMA yang saya yakin paling ditakuti oleh
siswa baru adalah “Ospek”. Yaps…
Dimana-mana siswa baru paling takut dengan namanya ospek. Kadang saya binggung
sendiri, ospek itukan diselanggarakan oleh “Osis”,
padahal osis itu dikelola oleh siswa
yang dipilih untuk mengelolanya. Nah… Intinya Kenapa sih siswa baru lebih takut
kakak seniornya daripada guru-guru, padahal kalau mau difikir guru-gurukan yang
lebih kejam kalau dikelas, dan salah satu orang yang menentukan nilai kita
semua. Benar nggak.????
Setelah kita melewati gerbang pertama, bukan berarti kita
sudah lolos dari rintangan dan halangan. Masih banyak halangan dan rintangan
yang menanti kita dikemudian hari, biasanya menurut pengalaman saya selama
duduk di bangku SMA selama 4 Tahun. Heheheh… Sorry 4 Tahun bukan karena saya
nggak naik kelas atau saya bodoh, saya nggak seperti itu, malah saya Genius
orangnya… Serius nggak bicara bohong.!!! Mau tau ceritanya.?? Makanya ikutin
terus yah.!!!
Jadi setelah ospek selesai, bukan berarti kita sudah aman
untuk menghirup atmosfer pendidikan
SMA. Banyak hal yang pasti kamu temui didunia SMA yang bisa membuat Anda
semangat untuk sekolah dan bisa membuat Anda malas untuk sekolah. Hal yang bisa
membuat Anda semangat untuk sekolah adalah “Sahabat dan Cinta”. Dan hal yang
bisa membuat Anda bosan atau malas untuk sekolah Adalah “Cinta dan Sahabat juga”.
Yupss,, 2 hal ini yang bisa mempengaruhi pasang surut emosional kita untuk
berangkat atau tidaknya kesekolah. Nih satu-persatu bakalan saya bahas….!!!
Mengapa saya bilang Cinta dan sahabat bisa memengaruhi
kerajinan dan kemalasan kita kesekolah.? Jawabannya –“karena cinta dan sahabat
adalah orang yang paling dekat dengan hati kita, dan hatilah yang mengontrol
emosi kita. Jika cinta dan sahabat sudah menggores luka dihati kita, akankah
kita pengen melihatnya lagi berdiri didepan kita.?”
Ketika cinta sedang tumbuh dalam hati kita, pasti kita
bakalan rajin untuk menyiramnya dengan air rindu… Bukan begitu.? Jadi gini…
ketika cinta jatuh cinta pada seseorang katakanlah Gebetan, pasti kita akan
sesering mungkin dan bahkan sepagi mungkin berada disekolah untuk mengucapkan “selamat pagi cantik”, atau “selamat pagi Ganteng”… Benar nggak.???
Ngaku aja deh, Saya juga pernah mudah.!! Ahahahhaha.
Diatas tadi saya bahas tentang “Manisnya Cinta”, tau nggak..?
Cinta itu juga ada pahitnya. Seperti orang bijak bilang –“Cinta itu seperti
coklat… Manis, Namun Coklat juga ada yang pahit”.
Bicara pahitnya cinta, Saya adalah jagonya… Secara saya dari
SMA selalu merasakan pahitnya cinta, nggak pernah merasakan manisnya cinta.
Pahitnya cinta, ketika Anda sudah dekat dengan si gebetan selama, yah
katakanlah 3 bulan. Selama 3 bulan itu Anda sudah banyak berkorban buat dia,
merelakan uang jajan habis hanya untuk traktir dia makan, nonton, atau sekedar
jalan-jalan mengelilingi Mall sampai capek. Dan begitu Anda mau tembak si
gebetan, ternyata dia sudah ditembak duluan sama teman atau musuh Anda di
sekolah. Apa yang Anda rasakan.??? Pasti Anda merasakan sesak didalam dada,
seperti ada yang menganjal disaluran pernapasan. “Namun nggak usah takut ketika Anda jatuh cinta, karena jatuh cinta
membawah Anda bisa melihat dunia dengan mata kedewasaan”.
Saya sempat waktu SMA jatuh cinta sama gadis yang bernama “Musdalifa Badoh”. Sorry,,, Sedikit
curhat… Nggak apa-apakan.? Jadi begini ceritanya, waktu itu saya masih duduk
dikelas 1 atau lebih popular untuk saat ini kelas X. Aku sekelas dengan dengan
Musdalifa, kesehariannya Musdalifa itu orangnya nggak sempurna-sempurna banget
sih… Tapi karena namanya hati sudah bicara, apa lagi jika ini mengenai cinta…
mau berbuat apalagi.? Kurang lebih 1 semester saya deket dengan gadis yang
menyisahkan kenangan sampai saat ini, setelah Mantan saya meninggal saat kelas
3 SMP kemarin.
Jadi ketika masuk seusai libur semester, saya mencoba
mengatakan apa yang dirasakan oleh hati selama dekat dengan Beliau. Saat saya
mau mengatakan rasa yang ada, ternyata pagi itu Beliau diantar sama seorang
Pria, yang katanya pacar Beliau… Saat itu juga saya mental saya Down seketika, awalnya semangat
membarah, tiba-tiba menjadi padam hanya karena cinta kandas dipersimpangan
jalan… Ceeeileh Persimpangan jalan… Hahahahha.
Dari tadi saya bicara Cinta mulu, sekarang saya mau membahas
Sahabat. Sahabat ini juga faktor penentu Anda betah atau nggaknya disekolah. “Ketika Anda punya sahabat yang sehati,
pasti Anda bakalan bosan meninggalkan hari-hari Anda tanpa terisi cerita
didalamnya”. Kata Orang Bijak –“Ketika
sifat Anda berandalan, keras kepala dan suka melawan, pasti bakalan ditanya
siapa sahabat Anda. Dan jika sifat Anda baik dalam kehidupan, patuh kepada
kedua orang tua, Pasti bakalan ditanya siapa sahabatnya”. Nah… kalau kita
mendalami kata bijak diatas, maka kita bisa menarik kesimpulan “sahabat itu
adalah orang yang bisa merubah sifat kita selain kedua orang tua kita, karena
mereka adalah orang terdekat setelah Orang tua dan Cinta.
Bicara mengenai sahabat… saya punya cerita sendiri tentang
sahabat, walaupun saya orangnya malas bergaul. Cerita saya ini sekaligus
menjawab pertanyaan “Kenapa saya menempuh pendidikan SMA selama 4 Tahun, bukan
3 Tahun”.
Begini Ceritanya…!!!
Semenjak kelas satu saya orangnya pendiam, jarang bergaul,
paling bergaulnya disaat lagi pengen saja. Karena saya pendiam… yah, tau
sendiri orang pendiam dikelas,,, sering sekali dijadiin bahan cengan oleh
teman-teman sekelas. Saya masih hafal nama teman-teman yang sering Nge-Cengin
saya waktu itu “Hidayat Abdullah, Hardianto Datunsolang dan Afandi Patih”…
Sebenarnya masih banyak lagi, tapi karena ke-3 orang ini yang selalu berbuat
usil kepada saya waktu itu makanya saya masih hafal nama-nama mereka sampai detik
ini.
Hidayat Abdullah dan Afandi Patih ini adalah teman saya dari
kelas 1, sedangkan Hardianto Datunsolang teman saya kelas 2 semester 2 karena
dia siswa baru saat itu. Saya bukan hanya di Cengin disekolah, tapi saya sering
di “bully” juga. Hampir setiap hari
saya selalu menahan rasa emosi, karena hampir setiap hari saya selalu
mendapatkan ancaman, pukulan… yah, mungkin hanya sekedar becanda menurut
mereka, tapi menurut saya sudah sangat-sangat berlebihan. Perlakuan ini saya
rasakan sampai kelas 3, karena saya dan mereka terus sekelas sampai kelas 3.
Sampai pada akhirnya kesabaran saya telah sampai pada batasnya, waktu itupun
saya mencoba menjebol “Password facebook”
Hardiyanto Datunsolang dan ternyata berhasil saya jebol. Dengan menggunakan
account jejaring sosial miliknyalah
saya, mencoba membalas semua rasa sakit yang saya alami selama 1 Tahun 6 Bulan.
Mungkin teman-teman yang sedang membaca tulisan ini bertanya-tanya “Kenapa
hanya Account Hardianto saja yang
saya Jebol.?” Jawabannya –“Karena sebagian kesakitan yang saya rasakan sejak
katakanlah 3 Tahun silam itu hanya karena perlakuannya kepada saya”. Teman saya
Hidayat Abdullah orangnya juga suka nge-cengin saya, tapi nggak dengan fisik
begitupun dengan Afandi Patih. Lain dengan Hardianto Datunsolang, Sudah
nge-cengin Plus di bully.
Akhirnya saya berhasil membuat dia merasakan betapa sakitnya
dipukul, ditampar, diijak. Tapi dia juga berhasil mengajarkan saya tentang rasa
dendam yang tak ada gunanya, kurang lebih kata bijaknya “Semakin keras bolah yang Anda lemparkan ke-dinding, maka semakin keras
juga bolah itu berbalik kepada Anda”. Karena sifat Dendam sayalah yang
membuat saya mengecap dunia pendidikan SMA selama 4 Tahun.
Bagi teman-teman lama saya yang mungkin saat ini sedang
membaca tulisan ini, apalagi tokoh-tokoh yang saya sebutin satu persatu diatas,
melalui Tulisan ini saya minta maaf. Tulisan ini saya buat bukan untuk
menghidupkan api dendam 4 tahun lalu yang sudah lama padam.
Dan pesan saya kepada teman-teman pembaca lainnya, “Seberapa sering dan seberapa sakit kita
dibully atau di Cengin pada zaman SMA, pasti bakalan indah jika dicerita kembali
setelah kita terpisah jauh dan lama dari mereka yang sering cengin kita, yang
sering Nge-Bully kita”.
Buat Hardianto, saya minta maaf kawan. Saya bersyukur
bertemu dengan Anda waktu itu, karena Anda sudah mengajarkan saya tentang
banyak hal, walaupun cara mengajarnya saya kurang suka. Semoga kita bertemu
dilain kesempatan kawan J
~ Man Model Manado ~