Senin, 11 Maret 2013

Dini hari, saksi bisu kelaparan Gue

Selamat Pagi...!

Pasti semua sudah pada tahu nama gue, status yang gue sandang sekarang. Bagi yang belum pada tahu, nama gue Rizal, status gue Mahasiswa disalah satu universitas swasta di kota Depok.

Akhir-akhir ini gue ada sedikit permasalahan disegi Ekonomi yang menyebabkan perkembangan gue atau aktivitas harian gue sedikit terganggu, dan bahkan sangat terganggu. Masalah ekonomi yang sedang gue hadapi ini berakar dimana harga hasil penjualan kebun menurun drastis dan mengakibatkan pemasokan ekonomi keluarga agak sedikit tersendat, dan bisa dikatakan lumpu total jikalau harga nggak naik sampai bulan depan.

Masalah ekonomi ini telah memaksa gue untuk menghemat, menekan angka pengeluaran kehidupan gue selama di Depok, bahkan kuliah gue terancam cuti karena biaya kuliah semester ini agak terlambat dibayar.

Masalah ekonomi ini menambah beban fikiran gue. Awalnya gue hanya berfikir kuliah, dan bertahan hidup di tempat yang jauh dari sanak saudara dan handai tolan, dan sekarang gue harus berfikir masalah mencari uang untuk bisa melanjutkan kuliah atau setidaknya bisa bertahan hidup di Depok.

Masalah ekonomi ini membuat gue mengerti akan pentingnya uang dalam kehidupan, uang bisa kedudukannya kedua setelah Tuhan. Bahkan sempat gue berfikir uang adalah segelanya, tanpa uang kita tidak bisa beramal. Saking pentingnya uang bagi gue, akhirnya gue memutuskan untuk mencoba mencari pekerjaan atau setidaknya mencoba menjual barang orang lain dengan harga yang gue naikin sedikit sebagai keuntungan gue.

Uang...Uang... dan Uang yang berada terus dalam pikiran gue, gimana gue bisa membiayai kuliah atau setidaknya bisa mengurangi beban perekonomian keluarga. Kadang gue merasa malu kepada adik-adik gue, secara gue paling tua, dan anak laki satu-satunya. Gue 4 bersaudara, 3 orang saudara kandung termasuk gue, dan 1-nya saudara angkat. Semuanya sekolah dan kuliah di tempat jauh dari kampung halaman, bahkan bisa dibilang beda pulau. Inilah yang membuat roda perekonomian agak sedikit rusak karena nggak sanggup menahan beban pengeluaran yang semakin memberatkan saja.

Dalam hati gue selalu mengerutuh, berteriak menjerit untuk meminta keadalian. Tapi pada siapa gue harus meminta.? Pada President.? Dewan Perwakilan Rakyat.? pada Mentri.? atau pada Elit politik Negeri ini.?

0 komentar :