Pada suatu hari hiduplah seorang Pria yang bertekat untuk
melakukan perantauan keluar dari daerah asalnya. Dalam perantauan banyak hal
yang dia temukan, dia menemukan cinta, bisa merasakan cinta, bisa merasakan apa
arti pengorbanan, mendapatkan teman, bisa tau mana teman yang cocok dijadikan
sahabat dan mana yang nggak cocok dijadikan sahabat.
Banyak hal dimuka bumi ini nggak seindah dengan apa yang dia
pikirkan. Dengan perantauan si pria ini bisa menghargai uang, bisa menghargai
kerja keras apapun yang bisa menghasilkan uang.
Nama pria ini sebut saja Rizal. Kerja apapun dia bakalan siap
untuk melaksanakannya hanya demi sesuap nasi, jual diripun kayaknya dia bisa
lakukan yang penting bisa makan.
Yah… Beginilah hidup,,,, nggak selamanya kita diatas, dan
nggak selamanya kita dibawah. Mungkin argument ini yang mendasari para korupsi,
Kenapa.? –Jawabannya “Karena disaat kampanye disitu para calon pejabat berada
di posisi bawah, sementara setelah duduk jadi pemimpin mereka berada diposisi
atas… nah posisi itulah yg digunakan para pejabat untuk menyembunyikan selembar
demi selembar uang”.
Si pria ini terus memutar otaknya untuk bisa lebih lama
dalam perantauan. Memang benar si pria ini masih mendapatkan uang kiriman dari
orang tuanya, tapi uang itu tidak cukup untuk membiayai hidupnya selama dalam
perantauan.
Pernah suatu saat pria ini tergoda untuk menjual tubuhnya
buat “Tante Girang”, tapi syukur Alhamdulillah niat si pria ini diurungkan
lagi. “sungguh sakit jika kita terhempas keluar dari jalur kehidupan”.
Timbul satu argument didalam hati pria :
hidup ini sudah diberi
sekat atau dinding pemisa
yang di beri lebel dan
merek yang berbeda
disaat lebel itu
dicabut dia bukalan lah siapa-siapa
apa ini yang disebut
dengan kehidupan.?
0 komentar :
Posting Komentar