Jujur sebenarnya gue udah malas menulis kata-kata cinta lagi
di blog gue, mungkin karena gue benci dengan cinta, atau mungkin cinta tak
pernah nyata dalam pandangan mata gue sehingga gue membenci cinta. Tapi satu
hal yang tak bisa gue pungkiri… Seberapa jauh kita lari dari cinta, maka
semakin dekatlah kita dengannya.
Gue memutuskan untuk tidak berhubungan dengan cinta lagi
sebelum gue lulus dan mendapatkan gelar S1, tapi kenyataan hati tak bisa diajak
untuk kompromi dalam hal satu ini. Hati terus mendapatkan cara tuk bisa membuat
akal berfikir tak rasional lagi, hati selalu bisa mendapatkan cara tuk membuat
napsu bergairah dan bangkit lagi, hati selalu bisa membuat seluruh anggota
badan lumpuh hanya dengan satu objek yaitu “Cinta”.
Atau mungkin bukan hati yang patut dipersalahkan.? Apa
mungkin mata yang harus dipersalahkan.? Aku teringat kata-kata kakak sepupu ku “Mata
adalah panglima hati”. Ya… gue pun bisa meng-iyakan kalimat kakak sepupu gue,
karena menurut gue nggak ada kata indra yang bisa di tautkan dengan hati, hanya
matalah yang bisa… oleh sebabnya ada istilah “Mata Hati”, dan selama ini gue
nggak pernah dengan “Hidung hati”, “Mulut Hati”, “Telingah Hati”… kecuali “Hati
Ampela” menu makanan gue saaat di warteg.
Ya… gue sadar dengan kata bijak yang pernah gue dengar
beberapa tahun lalu “boleh saja membenci sesuatu, tapi jangan sebenar-benar
benci… karena kamu pasti akan mencintai dan menyukainya, begitupun sebaliknya…
jangan mencintai atau menyukai sesuatu dengan sebenar-benarnya suka/cinta…
karena suatu saat kamu akan membencinya”.
Sebenarnya gue belum terlalu tau apa perasaan gue kepadanya.
Tapi jika dilihat dari rasa yang gue rasakan, kayaknya bakalan sama dengan rasa
yang pernah gue rasakan 1 tahun lalu dan beberapa tahun lalu saat gue jatuh
cinta pada seorang wanita. Rasa yang sama tapi pada orang yang berbeda.
0 komentar :
Posting Komentar